KULIAH UMUM GREEN OPEN SPACE FOR SUSTAINABLE URBAN LIVING
Pada tanggal 18
September 2015 telah diselenggarakan kuliah umum arsitektur dengann pembicara
SIgit Kusumawijaya, seorang praktisi arsitektur dan aktivis urban farming.
Judul kuliah umum kali ini adalah Green Open Space for Sustainable Urban Living
Perkembangan penduduk
berdampak pada perkembangan pembangunan, khususnya wilayah kota. Urbanisasi
besar-besaran terjadi dari tahun 2015. Tercatat dari 27 kota megapolitan yang
terbentuk, 18 terbentuk di Asia. Jakarta termasuk salah satu yang terkena
dampak urbanisasi tersebut. Kota ini menempati posisi 138 dari 221 kota dengan
kualitas kehidupan yang baik. Sebagai perbandingan, Singapura menempati posisi
25 dari daftar yang sama. Dalam kurun 4 dekade, tepatnya antara tahun
1970-2010, penduduk kota telah meningkat sebanyak 6 kali lipat. Overpupolasi
menimbulkan beragam permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Solusinya adalah dengan menggunakan konsep Green City. Prinsip
green city meliputi pembangunan yang kompak, hunian berkepadatan tinggi,
Transit Oriented Development (TOD), Ekologi pada Kota, dan Arsitektur Ekologis.
Untuk mendukung konsep tersebut, digalakkan juga Urban Farming. Berkebun atau bertani di wilayah perkotaan
yang memiliki lahan terbatas akan sangat membantu sistem keberlanjutan
lingkungan. Selain itu urban farming juga membantu pengendalian harga bahan
pangan serta menciptakan ruang publik alternative oleh komunitas online.